Rabu, 30 Juni 2010
Dapet rumah dinas dengan halaman yang cukup luas yang hanya ditanami satu pohon jambu air dan pisang sanggar yang raksasa buahnya artinya makan sebuah aja udah kenyang, beberapa tanaman yang nggak keurus dan rumput gajah. Benar-benar halaman rumah tanpa pepohonan. Sepertinya pohon yang ada sebelumnya digali dan dipindah. Terlihat dari beberapa galian yang menjadikan permukaan tanah jadi berlubang-lubang. Panas dong disiang bolong.
Singkat kata jadilah sekarang punya tugas menghijaukan pekarangan. Siapa yang nggak ngiler liat kebun tetangga dan teman-teman yang hijau penuh koleksi baik pohon besar maupun taman bunganya. Apalagi kalau tamannya tertata rapi, bersih dan indah. Pengen juga punya pekarangan yang asri.
Tetangga dan teman yang baik selalu saja menawarkan bunganya untuk kukoleksi, hehehe.. lumayan. Kalau beli pasti habis banyak karena pekarangan ini memang luas sekali. Dapetlah cangkokan jambu air, mangga dan beberapa tanaman hias. Sekali waktu mampir kerumah teman yang mengoleksi anggrek, rasanya betah sekali main di tamannya yang dikanan-kiri bunga anggreknya bermekaran. Namanya rezeki, aku dikasih anakannya dan dikasih tahu ngerawatnya. Alhamdulillah, mudah-mudahan hidup dan tumbuh subur.
Saat berkesempatan pulang ke Jawa, berburulah ke beberapa tempat penjualan bunga, tujuan utama mencari anggrek. Sedang jatuh cinta sama anggrek nih. Bagaimanapun akan kubela-belain bawa dan menenteng naik pesawat. Padahal saat itu sulungku masih suka minta gendong juga. Repot harus menenteng dan menggendong. Ah, bersusah-susah dahulu senang-senang kemudian.
Akhirnya sampailah ke sebuah rumah kuno, dari luar terlihat bermacam-macam anggrek yang sudah besar dan berbunga. Tambah ijo aja nih mata dan bertekat menemui pemiliknya. Setelah berkeliling dan berhitung pilihan jatuh pada pot-pot kecil berdiameter 5-7 centian dengan tunas-tunas setinggi 3-4 centian. Tidak tahu nanti akan menjadi seperti apa rupa dan bentuk bunganya, yang kuingat waktu itu namanya “dendrobium” dan kata penjualnya lagi
“ini nanti bunganya beda-beda, contoh bunganya seperti disana” sambil penjual menunjuk kesekeliling bunga anggrek yang sedang bermekaran.
Alasan memilih yang masih kecil adalah mau belajar ngerawat dari kecil (sok-sokan), dengan jumlah uang yang sama dapet lebih banyak pohon meski belum tahu bisa tumbuh apa tidak dan jenis bunganya, mudah membawanya karena bisa dikardus dan ditenteng.
Saatnya merawat, menyiram, memberi pupuk daun sampai siap berbunga, membasmi kutu dan jamur. Daun-daun mulai tumbuh dan batang-batang mulai membesar. Semua sama bentuk daunnya, bedanya hanya ada yang agak bulat, ada yang panjang dan warna daun mudanya ada yang dipinggirnya keunguan. Penasaran apa nanti warna bunganya. Melihat daun yang hampir sama, suami berkomentar.
“Beli bunga kok sama semua”
“Kata yang jual bunganya beda-beda”
“Gimana tahu beda wong daunnya sama semua”
“Ya ditunggu aja nanti hasilnya”
Memang tak semua berhasil hidup, namanya juga baru belajar bertanam. Ada yang busuk, ada yang lama-lama kering dan mati. Tapi bisa dikatakan penanaman ini berhasil. Tak berapa lama, beberapa pohon keluar kuncup yang bentuknya sama, dan beberapa kuncup berbeda warna. Semakin yakin pasti bunganya nggak sama. Benar juga, setelah mekar kulihat kuntum warna ungu tua, ungu muda, putih polos, putih ditengahnya ungu, putih dilidahnya ungu, putih kehijauan, kuning, ungu terong dan masih banyak lagi. Tidak hanya anggrekku yang berbunga, aku dan suamipun berbunga-bunga.
Saking tertariknya, diakhir pekan suami mengajak jalan-jalan khusus membeli anggrek. Tak tanggung-tanggung dibelinya 10 pohon yang sudah jadi artinya sudah ada bunganya. Saat itu satu pot masih sepuluh ribu. Dan apa pesan suami ketika sampai dirumah,
“Ma, ini jangan diutak-atik ya, nanti biar aku aja yang ngerawat”
Hohoho, ternyata suamiku takut kalau pohon hasil belanjanya gagal kurawat.
“Tidak apa-apa, aku kan punya banyak, hayo nanti punya siapa yang gemuk dan banyak bunganya” jawabku mencandainya.
Tahun berlalu, penggantian arang, memupuk, membasmi kutu dan jamur, pemecahan anggrek kulakukan sendiri dan cukup berhasil. Sedang tukang kebun hanya melihat saja bagaimana aku mengerjakannya. Sampai akhirnya ada kalau seratus pot dan semuanya subur-subur. Setiap batang bisa berbunga tiga tangkai. Siapa yang tidak naksir anggrekku. Batangnya yang gemuk, daunnya yang besar-besar dan hijau. Setiap yang datang kerumah selalu berkomentar dan jika ada yang berminat dan kuyakin orang ini akan merawat pasti kukasih. Aku bisa memberinya satu pot anggrek sudah jadi karena koleksiku sudah terlalu banyak, tak muat tempatnya.
Sekali waktu, karena sesuatu hal kusuruhlah pak tukang kebun membersihkan anggrek-anggrek di pot. Aku yakin dia bisa karena sering melihatku mengerjakannya.
“Pak, tolong anggrek-agrek yang di pot, akarnya yang rusak dibersihkan ya, Dibongkar dulu nanti dikembalikan ke potnya lagi”
Satu dua jam kemudian aku keluar rumah mau melihat hasil kerjaan pak tukang kebun. Dapet lima pot kan lumayan, minggu depan bisa dilanjutkan.
Betapa kagetnya aku ketika baru membuka pintu depan, pak tukang kebun pas dihalaman depan pintu mengayunkan golok ke pangkal akar dan batang anggrek. Mataku melotot dan spontan aku berteriak,
“Pak ! kok gitu motongnya”
“Terus gimana bu?”
“Kan pak Udin udah sering lihat, kan dibersihin aja akar-akarnya yang mati. Bukan dipangkas habis gini”
“Salah ya bu”
“Haduh pak Udin.. ya salah”
“Tadi yang dibelakang begini juga bu”
“Hah !”
“Iya bu”
“Terus mana aja yang belum dikerjain?”
“Sudah semua bu”
Lemes aku, anggrek seratusan dipotong akarnya semua dalam waktu satu dua jam. Pak Udin ! pak Udin! Matilah anggrekku !
Terpaksa mulai lagi ngerawat seperti bayi, anggrek ini sakit. Pasti ada yang sembuh tapi pasti ada yang tak bisa bertahan. Kurawat lagi sendiri, merangsang akarnya tumbuh lagi, butuh waktu lama. Sebulan? dua bulan? tak cukup, bahkan sekarang sudah lebih dari dua tahun. Menunggu bertunas lagi, gemuk lagi dan berbunga lagi. Bagaimana bisa berbagi lagi dengan teman-teman, menunggu sehatnyapun ketar-ketir. Hidup nggak ya.. hidup nggak ya..
Sekarang sudah ada yang berbunga lagi, tapi kok bunganya itu-itu saja yang nongol. Mana yang lainnya? apa mati ya?
0 komentar:
Posting Komentar