Senin, 21 Juni 2010
Demam sepatu roda melanda kotaku, saat itu....
Tepatnya th 1983....dan..aku baru duduk di kelas 2 SMP.Setiap sore dan Minggu pagi selalu kuhabiskan waktuku bermain sepatu roda di gang kecil samping rumahku.Ayahku sebetulnya kurang setuju dengan olah raga sepatu roda itu, ya terbukti ayahku tidak mau membelikanya untukku.
Kekhawatiran ayahku....belum ternalar dalam fikiranku saat itu.Yaaaa ayah khawatir celaka akan terjadi padaku.Pernah ada kompetisi sepatu roda dikotaku membawa korban yaitu teman sekolah kakakku.Itulah sebabnya ayah melarangku.
Bukanlah aku kalau aku tak bisa merayu ayahku...."Ya nggak enaklah....teman kesini ngajak main di tolak, aku temani dia main ya,"kataku..."Nggak kemana mana....disamping rumah saja....ya pak ,"rajukku.
Aku tahu betapa ayahku sayang dan selalu memanjakanku, kupegang janjiku,aku hanya main digang samping rumahku.
Sepasang Sepatu Roda
Akhirnya aku punya sepatu roda sendiri...Bukan pemberian ayahku.
Ada kakak kelasku yang saat itu suka padaku.....gemh gemh....Dihadiahkannya sepasang sepatu roda padaku..........
Semakin semangatlah aku.(heeeehe kamu pasti tersenyum membaca ini....makasih ya...)
Ayah akhirnya tak pernah melarangku....hanya beliau memohon...aku harus tidur siang terlebih dahulu.
Hampir setiap sore ,waktuku kuhabiskam bermain bersama temanku....Winarni selalu setia menjemputku.Sungguh polosnya aku saat itu, terasa tidak punya beban akan pemberian sepatu roda itu....Maafkan aku bila saat itu rasa sayangku hanya tertuju pada sepasang sepatu roda itu,tapi dibalik itu kau pun tahu aku menyambut jalinan cinta monyet itu.
Celaka menimpaku
Suatu hari... kala ayahku lebih dulu istirahat siang......aku mulai mencuri kesempatan....kuambil sepatu rodaku.....dan mainlah aku....sendiri...tanpa ditemani teman mainku.
Yaaaah belum lama waktu yang kumanfaatkan bermain ..... tiba tiba.... nenek disebrang gangku berteriak teriak......awas ,Aawas, awas nak Yuli!" Betapa kagetnya aku.....
Seekor kuda delman lepas dan lari mengejarku....... Tak tahu apa yang terlintas dibenakku. Kupercepat laju sepatu rodaku dan melompat dipinggir got kecil samping rumah pamanku. Sambil meringis kesaklitan kutahan sakit di pergelangan tanganku. Tanpa kusadari pula...." yang terhormat tuan kuda" sudah berdiri disampingku...... ya ampun... dia mengendusku........malang tak bisa kutolak mujurpun tak jadi untung.......Bagaimana tidak pergelangan tangan kananku langsung bengkak..... dan aku hanya mujur dapat ciuman kuda......Sial betul atau betul betul sial.
Yang paling beruntung saat itu adalah kusir delman....dengan mudahnya dia mendapatkan kudanya kembali ,tanpa menghiraukan aku sama sekali.Huff dengan wajah yang tak berbeban sikusirpun berlalu......
Tukang pijat segera menolongku.
Nenek sebrang gang rumahku tadi namanya mbah Jitun , beliau tukang pijat handaldikampungku, dengan ramahnya dia menyapaku.... ,"Piiye nak Yuli ndak papa?"(bagaimana nak Yuli, ndak papa) Sambil meringis menahan sakit kulepas sepatu rodaku sambil berkata ," Mboten bah, namung tangan ngriki sing sakit."(ndak papa mbah,cuma bagian tangan sini yang sakit)
Ya Allah langsung bengkak tanganku.
Mbah Jitun langsung menggandengku....didudukkannya aku diteras rumahnya....dipijitnya bagian tanganku yang sakit, mengerang ngeranglah aku menahan sakit.....tangis tak bisa kubendung. Dari balik jendela ayahku melongok melihatku, ya ....ampun... pasti kena marah lah aku....
Tak lama ayahku keluar menjemputku...... dengan nada lirih beliau menegurku....makanya kalau sudah janji tidak boleh diingkari....suruh bobok siang dulu ....malah lari.... Sudah diam jangan diulangi.....
Sambil digendong belakang ayahku aku pulang kerumah dgn terus meringis menahan tanganku yang semakin bengkak itu.Retak ternyata kondisi tanganku. Biasa , bisa kutebak sifat dan sikap ayahku.Dengan ketegasannya selalu membuat takut siapapun yang melihatnya. Tapi lain halnya denganku, sudah hafal sisi kelemahan ayahku.Kuturuti segala kemauannya, tidur siang selalu
kulakukan, sepatu roda sementara kulupakan.
Kelereng permainan baruku.
Halaman rumahku cukup luas. Setiap sore kukumpulkan teman teman sebayaku, laki laki semua. Kuajak bermain kelereng" CIRAK" nama permainannya.Dengan mengandalkan kelincahan sebelahku tanganku ,
sering kumenangkan permainan itu. Ayahku yang selalu asyik menemani permainanku, selalu tertawa geli melihatku. aku yang perempuan sungguh tak mau kalah dengan kelincahan teman teman lelakiku.
ayah selalu percaya kepadaku, tak pernah aku melanggar tanggung jawab yang sudah dibebankan padaku. Hal hal yang membahagiakan aku masih melekat kuat dilubuk hatiku. Saat aku terlena dengan permainanku, ayah selalu menegurku," Hayo , sudah selesai mainnya, sudah sore, mandi!"
Biasa dengan manjanya aku selalu menmggoda," Gedong belakang dulu, aku baru mau!' Dengan sabar dan saking sayangnya ayah kepadaku, ayah selalu menuruti kemauanku.Ya , badanku dulu kecil mungil. Banyak tetangga yang suka mengolokku," Waduh...pakde Saji dikerjain "Anak Mas'e." Ayahku selalu berlalu dengan senyumnya
0 komentar:
Posting Komentar