Rabu, 09 Juni 2010
Jum’at, mungkin waktu itu sekitar jam 10.00 wita. Aku sedang di depan kompiku. Mengedit foto menjadi lebih menarik. Bel pintu dibunyikan, tandanya ada yang datang berkunjung. Segera kuhentikan aktifitas yang setengah jadi. Yaahh.. nanti saja dilanjutkan.
Berdiri perempuan setengah umur didepan pintu setelah kubuka, hmm maksudnya tidak muda lagi dan tidak tua juga.
”Ibu nyari orang nginapkah?”
”Ya.. dari mana mbak tahu?”
”Dikasih tahu mbak yang dipojok rumah itu Bu” sambil jarinya menunjuk kearah rumah yang berada diujung rumahku.
”Ow.. duduk mbak !”
Selanjutnya kamipun membahas lebih detil. Dari mulai menawar gaji sampai jenis pekerjaan yang harus jadi tanggung jawabnya. Klop sudah..! Kamipun menukar no HP. Gile ! Hpnya canggihan dia dari pada punyaku..
”Jadi.. mau mulai masuk kapan mbak !”
”Senin aja ya bu..”
”Iya mbak.. Senin ya.., jadi enggaknya aku dikasih kabar ya.. supaya aku nggak nunggu-nunggu”
”Iya bu”
Obrolanpun selesai.. Mbak ”Husna” segera pamit karena tukang ojeknya sudah wara-wiri di depan rumah.
Senin pagi, mama Ita (biasa kupanggil mbak..) yang membantuku untuk mencuci dan menyeterika sudah hampir merampungkan semua pekerjaannya. Tapi yang kutunggu-tunggu ”Husna” kenapa belum datang juga ya.. Jadi geregetan juga nih. Padahal sudah ada no HP, kok ya nggak menghubungi kalau nggak jadi. Gengsi donk nelepon duluan. Ke GR-an nanti dianya dan bisa jual mahal belakangnya. Kutahan-tahan untuk tidak menelepon.
”Sepertinya nggak jadi datang deh mbak” kataku pada mama Ita.
“Nggak niat mungkin bu”
“Mungkin nggak cocok gajinya yang kutawar kemarin” jawabku
“Dia kan punya no ibu.. kok ya nggak nelpon”
“Hallah... sudahlah mbak.. nggak mengharaplah”
Masih dihari yang sama, tapi ini benar-benar sudah siang. Sudah jam 11-an. Hpku berdering dengan nada dering... apa ya..? Ah... mbohlah.. Eee... dari mbak Husna.
”Ya mbak..!”
”Ibu.. saya belum bisa masuk skarang. Lagi nunggu ojek temen saya, dianya sekarang lagi kerja. Nanti aja ya bu kalau dia sudah datang saya kesitu”
”Lhah mbak.. emang disitu nggak ada ojek lain?”
”Ada bu.. tapi mahal, sepuluh ribu. Kalau temen saya cuma tujuh ribu. Saya nunggu temen dulu ya bu ?”
”Mbak.. sudah ambil aja ojek disitu. Nanti saya yang bayar”
”Nggak papakah bu sepuluh ribu ?”
”Iya iya... dah berangkat aja”
Kehidupan orang kecil, tiga ribu sangat berarti. Uang saku bungsuku saja lebih dari itu, belum lagi camilannya. Betapa harus bersyukurnya dengan kehidupanku. Nikmat yang tak terukur telah dilimpahkan Allah.
Akhirnya datang juga Husna. Mengawali hari pertamanya menghuni ruang berukuran 2,5 x 2 meter dikamar belakang dan memulai aktifitas sebagai pembantu rumah tangga. Lumayan untuk hari pertama ini, ruang-ruang bersih, cucian piring sudah di rak dan sampai akhirnya waktu tidur malampun tiba. Semua kembali kekamar masing-masing.
Duh..! kesiangan bangun. Sekarang sudah jam 05.30 wita. Eeiit belum sholat subuh.
”Pa.. bangun..! belum sholat subuh..!"
Yaahh..! solat sendiri-sendiri. Udah nggak keburu menunggu sholat berjamaah. Udah kesiangan. Selesai sholat dan berdoa aku melesat ke dapur. Lhoh..! kok gorgen belum dibuka..? kok sepi..? wah.. jangan-jangan kerjaan baru nih, bakal membangunkan tiap pagi. Haduuuh...!! Kerjaannya emang beres kemarin.. tapi kalau harus membangunkan tiap hari.. mana tahaaannnn!!!! Kuhampiri kamarnya dan kuketuk pintunya.
”Mbak... udah siang !”
”Ibu..!! saya ndak bisa keluar..!!”
Haahh !! maksudnya apa ? nggak bisa keluar dari kamar. Emang siapa yang ngunci kamar dari luar ? Apa anak atau suami yang ngunci ya.. karena nggak tahu kalau didalam kamar ada orangnya.. Terus dimana kuncinya ? kok nggak ada dipintu ?
”Mbak.. nggak bisa keluar gimana ?”
”Iya bu.. kekunci bu !”
”Mbak nggak tahu siapa yang ngunci..! kok kuncinya nggak ada dipintu..!”
”Ada bu.. kuncinya didalam.. saya yang ngunci !”
”Buka mbak..! diputer kuncinya..!”
Haduh ! jangan-jangan nggak bisa cara mbukaknya. Gawat ! pikirku.
”Nggak bisa bu.. nggak bisa diputar !”
”Ya udah.. kuncinya diambil saja, lempar keluar dari bawah pintu !”
”Nggak bisa diambil bu kuncinya !”
“Coba terus mbak.. dipaksa.. pakai kain supaya jarinya nggak sakit”
Aaahhh.. !! Akhirnya kunci bisa dicabut dari tempatnya dan kini ditanganku. Kuambil dan kucoba membukanya. Lhah kok nggak bisa juga dibuka dari luar. Alamaaakkk!!
“Pa... mbaknya kekunci dikamar”
“Lhoh, kekunci gimana ?”
“Iya.. pintunya semalem dikunci sama mbaknya, sekarang nggak bisa dibuka”
Suami akhirnya mencoba membuka. Dikutak-kutik nggak bisa juga.
“Coba kunci yang lain”
“Lhoh.. ini emang kuncinya, tadi malam yang dipakai mbaknya ngunci dari dalam ya ini”
”Eee... siapa tahu bisa pakai yang lain”
Tetap saja tidak bisa meski dengan beberapa kunci yang dicobakan.
”Didobrak saja Pa”
”Jangan-jangan... rusak nanti pintunya”
”Lhoh gimana lagi dong cara mbukaknya”
”Gimana ya ?”
”Udah Pa.. didobrak saja.. mbaknya juga belum subuhan itu”
”Dulu kayaknya pernah ada yang kekunci dikamar mandi ya.. diapain ya dulu?"
”Ya didobrak Pa.. Mama minta bantuan pak Zul waktu itu. Papa kan lagi nggak ada”
”Mbak.. ! minggir ya.. jangan didepan pintu !”
”Ya bu !”
Suami mendobrak dengan lengan sekali dua kali tidak berhasil.
”Ditendang Pa... dulu juga ditendang kok !”
Tendangan sekali dua kali tidak berhasil. Pintu yang terbuat dari lapisan triplek sompel. Tapi belum berhasil terbuka. Pakai apalagi ya ? Pakai linggis, dicongkel pakai linggis dan didobrak lagi. Aaaahh...!! akhirnya berhasil terbuka, leganyaaa... Alhamdulillah !! meskipun harus mengorbankan sebuah pintu. Yah, harus diperbaiki nanti.
Satu pelajaran hari ini. Kadang kita tidak tahu kesulitan yang sedang dihadapi seseorang hanya karena melihat sekilas keadaan. Sama sepertiku pagi ini saat kulihat pertama kali gorden dapur tidak terbuka dan tidak adanya aktifitas didapur, yang ternyata ada kesulitan besar sedang dihadapi seseorang. Mbak Husna ! maaf ya.
0 komentar:
Posting Komentar