Selasa, 08 Juni 2010
Rumahku ini kosong kira-kira 2 tahun sebelum aku tempati. Kebetulan pagar rumahku ini dimundurin kira2 setengah meter dari jalan, supaya jalan depan rumahku agak luas sedikit. Berhubung sudah 2 tahun rumahku tak berpenghuni , alhasil depan rumahku jadi tempat parkir mobil-mobil tetangga sekitar yang berlebihan mobilnya.
Setelah aku tempati rumah ini, pertama-tama aku sih ngga keberatan ada mobil parkir di depan garasi rumahku, toh mobilku cuma satu dan garasi ku bisa memuat 2 mobil berjejer. Jadi jika ada mobil tetangga sebelah yang menghalangi space untuk masuk keluar mobil, maka aku pun berusaha untuk masuk ke halaman parkir sebelah, atau masuk tidak dengan posisi mobil mundur, tapi langsung dengan posisi mobil maju. Tapi lama-lama setelah keluargaku banyak yang berkunjung, mereka agak kesulitan juga parkir tepat di depan rumahku, karena ada mobil tetangga sebelah kanan rumahku yang selalu parkir di depan pagar kananku.
Tetangga kananku ini mobilnya 2, tapi garasi mobilnya hanya ada 1. Kira-kira 2 bulan aku tidak mempermasalahkan hal itu.
Tapi malam itu, ketika aku pulang dari undangan bersama suamiku, tidak tahu kenapa malam itu sudah habis kesabaranku untuk berkompromi dengan keadaan itu. Aku tidak mau lagi parkir atau masuk ke garasi dengan posisi depan mobil yang masuk duluan, aku inginnya parkir mundur, supaya keeesokan harinya sewaktu mengantar Rafah, anak pertamaku ke sekolahnya, aku bisa langsung keluar halaman rumahku, langsung maju, tidak usah mundur-mundur segala, supaya lebih cepat melesat ke sekolahnya.
Akhirnya kuminta suamiku menghentikan mobilnya didepan rumahku, kusuruh pembantuku yang baru saja membukakan garasiku untuk mengetuk pintu tetanggaku dan bilang pada tetanggaku untuk memindahkan mobilnya, ternyata si majikan tak ada di rumah. Dengan muka kesal dan agak judes (hehe.. padahal judes banget), dari jendela mobilku, ku titip pesan pada si pembantu untuk bilang pada majikannya esok hari untuk jangan parkir di depan pagar rumahku lagi.
Esok hari dan keesokannya dan keesokannya lagi tak ada mobil yang parkir di depan pagar kananku. Pertama-tama aku puas dan senang, tapiiii….. lama-lama hati ini menjadi gelisah, ada perasaan tak enak juga. Banyak perasaan bersalah berkecamuk di dadaku. Aku jadi kurang tenang. Masa jadi orang inginnya serba mudah sih? susah sedikit parkirnya kan sebenarnya juga ngga apa-apa. Selama ini bisa kok… kan kasian tetangga sebelah juga punya hak untuk parkir di dekat rumahnya. Walaupun di depan rumahku, walaupun di depan pagarku, walaupun jalanan depan pagarku itu adalah sebenarnya halaman rumahku yang kukurangi agar jalanan lebih luas, tapi egois sekali aku menganggap semua itu milik pribadiku. Tapi.. mau bagaimana lagi ya.. Sudah terlanjur aku menyampaikan pada pembantu sebelah. Ah udahlah..cuekin saja..
Minggu malam itu aku baru pulang dari menengok mertuaku di Sukabumi, begitu masuk rumah, pembantuku yang menunggui rumah berkata, "Bu..kemarin saya dipelototin sama ibu sebelah, katanya kok tumben sekarang sampahnya bersih? Biasanya berantakan berceceran sampai kemana-mana?"
Memang seminggu yang lalu, pintu besi bak sampahku dicuri pemulung, sehingga bak sampahku terbuka, akibatnya sampah-sampah rumahku, yang walau telah dibungkus plastik hitam jadi mudah diacak-acak kucing dan pemulung, sehingga jadi berceceran kemana-mana. Kemaren ini aku panggil tukang las, dia sudah membuatkan pintu baru untuk bak sampahku dan pintunya langsung aku gembok, jadi jika tukang yang mengambil sampah datang, dia tinggal nge-bel dan pembantuku akan membukakan kunci bak sampahnya dan dikunci lagi setelah selesai, supaya lebih rapi dan bersih.
Wah perasaanku makin tak enak, ternyata benar.. Tetanggaku tidak suka dan marah kepadaku, dia akhirnya jadi mencari juga kesalahanku, aku telah mengotori depan rumahnya dengan sampah-sampahku selama seminggu. Dan walaupun sekarang jalan depan rumahku jadi lapang dan luas, aku bisa seenaknya parkir menghadap kemana, tapi tetanggaku memendam permusuhan denganku. Wah..aku harus menyudahi permusuhan ini.
Aku memang sadar..Islam mengajarkan untuk rukun terhadap tetangga. Bagaimana jika aku meninggal, atau rumahku kebakaran, atau tertimpa sesuatu musibah? Pasti yang menolong duluan adalah tetanggaku... Suamiku ada di kantor, keluargaku mungkin baru akan datang setelah 20 menit.. Suatu saat nanti pasti aku akan butuh bantuannya.. Jika aku terus bermusuhan, pasti aku dosa....
Akhirnya 2 hari setelah itu, aku memberanikan diri datang ke rumah tetangga sebelah kananku. Di teras rumahnya, aku memperkenalkan diriku.
"Saya Siriz bu.. Kita belum kenalan ya.. Maaf ya bu..saya waktu itu menegur pembantunya, waktu itu saya kesulitan masuk rumah saya, tapi tidak apa2 kok bu.. kalo mau parkir lagi di depan rumah saya..boleh kok.. Namanya juga tetangga..kalo ada apa2 kan saya pasti perlu dengan ibu Anna" (aku tau namanya setelah dia memperkenalkan dirinya juga).
"Maaf juga ya kalo saya suka mengganggu & mengotori.." Alhamdulillah bu Anna, janda dengan 2 anak remaja yang usianya kira-kira 45 tahunan itu pun membalas baik perkataanku. "Saya loh yang maaf karena tamu saya memang suka banyak, teman-teman saya suka ngumpul di rumah saya, teman-teman anak saya pun juga begitu, jadi mengganggu rumah ibu..belum lagi suara tertawa-tawa dari rumah saya, karena memang teman-teman saya suka ngumupul & makan-makan dirumah saya.."
Ku jawab lagi, "Iya ngga pa-pa kok bu..saya juga kadang tamunya banyak, pasti suatu saat akan ngganggu ibu juga, iya saya suka cium bau masakan yang enak-enak, pasti ibu pinter masak ya.. Pokoknya parkir aja lagi ya disini, ngga pa-pa kok.."
Akhirnya..Alhamdulillah setelah kita ngobrol-ngobrol agak lama, aku pun pulang dengan hati yang tenang..Tidak ada lagi orang yang membenci atau memusuhiku..insya Allah, karena kalau ada & aku tau, pasti tidak enak & tidak tenang hati ini.
Sekarang mobil bu Anna parkir didepan garasi kananku, tapi itupun jarang sekali.. Ia lebih sering memarkir jauh disebelah kiri rumahku, didepan pagar rumah yang penghuninya tidak memiliki mobil. Padahal aku tak berkeberatan lagi dia parkir di depan rumahku, tapi jadi dia yang tak enak hati. Dan sekarang kita pun sering bertukar mengirim makanan. Apalagi kalo dikirimi cwie mie buatannya, hmm.. enak sekali. Memang kalau kita baik sama orang, pasti orang itu akan jadi lebih baik lagi kepada kita.
Aku jadi teringat pada salah satu bab buku yang kubaca, yaitu Bab Berbuat Baik Kepada Tetangga
Hadits Rasulullah: "Kebahagiaan seorg muslim itu ada empat":
1) Rumah yang luas
2) Istri / pasangan yang sholeh
3) Kendaraan yang pantas
4) Tetangga yang baik
Dalam Islam, tetangga itu punya hak, walaupun non Islam sekalipun. Hak mereka adalah, hak untuk disapa, hak untuk tidak diganggu, hak untuk diperlakukan dengan baik, dll. Itulah indahnya Islam...
Penting sekali kita untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai2 Rasulullah SAW mengira bahwa seorang tetangga yang meninggal harus mewarisi tetangganya, karena Jibril terus mengingatkanku untuk berbuat baik kepada tetangga. -Muttafaq alaih-
Hadits-hadits yang berkaitan dengan tetangga, contohnya adalah hadits shahih riwayat Abu Dzar: "Jika kamu memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya & berikan tetanggamu dengan ma'ruf."
Disunnahkan juga memberi hadiah kepada tetangga, karena dapat menimbulkan suasana harmonis antar bertetangga.
Hadits Riwayat Muslim, kata Abu Hurairah, sabda Rasulullah : "Demi Allah tidak beriman! Demi Allah tidak beriman! Demi Allah tidak beriman! orang yang merasa tidak aman tetangganya dari keburukan yang diperbuatnya."
Wallahu a’lam bis showab
Written by : Siriz Tentani
0 komentar:
Posting Komentar