Terlambat Aku Mendengar Kabar Kepergianmu

Minggu, 27 Juni 2010

Kebahagiaan saat cuti telah tiba.

Seperti biasa, sejak aku menikah dengan suamiku, kami berkomitmen, untuk selalu pulang ke Jawa saat cuti tiba.Ya bukan karena apa apa, alasan kami yang utama adalah menjaga silaturahim dengan orang tua.
Mengingat kami masih mempunyai 3 orang tua saat itu. Ayahku ,ibuku dan ayah mertuaku.Cuti tahun 1992 kami laksakan pada bulan Maret . Sekitar 3 minngu lamanya. Putri pertamaku masih 3 tahun usianya. Dan pada saat itu aku sedang mengandung anak ke 2, 6 bulan usia kehamilanku . Seperti kebiaasan sebelumnya. Saat cuti selalu kuhabiskan dirumah mertua. Tak tahu apa penyebabnya kami lebih suka tinggal di sana.Padahal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari sangat sulit menjangkaunya.Suasana desanya mungkin, yang jauh dari kebisingan membuat kami nyaman berlibur disana.

Seperti kutu loncat.

Meskipun waktu banyak kami habiskan dirumah ayah mertuaku, kebiasaan kami mengunjungi sebagian keluarga besar kami, selalu kami lakukan dengan senang hati.
Secara bergilir kami mengunjungi bahkan menginap dirumah beberapa saudara.Banyak teman yang menyangka kami sudah mempunyai tempat tinggal sendiri. Padahal kami selalu berpindah dari satu rumah saudara, perpindah lagi dirumah saudara yang lainnya.Kami selalu menyebutnya sebagai "Kutu loncat."

Kasih sayang ayah mertuaku.

Ya Allah aku sangat bersyukur atas segala nikmat karunia yang telah Engkau karuniakan kepadaku.
Kau karuniakan kepadaku suami yang begitu menyayangiku, Engkaupun anugerahi kami putri mungil yang lincah dan sangat menarik perhatian lebih keluarga besarku.Tak pernah kudengar tangisannya, tak pernah kumerasa jengkel karena rewelnya, bahkan tak pernah kuterjaga malam tuk merasakan sedih dikala sakitnya.
Sungguh luar biasa yang kurasa akan kehadiran putri cantikku, Ayesha.Lucu dan menggemaskan.
Suatu hari, saat kami meninggalkan rumah ayah mertuaku ,untuk pergi ke rumah kakak iparku ,di Mojokerto. Ayah mertuaku sangat sedih, ayah yang biasanya momong cucunya di sekitar halaman rumah, seakan kehilangan kebiasaan itu.Sungguh sedih aku mendengar cerita kakak ipar suamiku .Ayah mertuaku sempat jatuh dari ayunan ,saat menunggu kepulangan kami dari Mojokerto.Ternyata ayah mertuaku, saat menunggu kepulangan kami,beliau duduk di ayunan ,sampai terkantuk kantuk, hingga jatuh tertelungkup di bawah pohon jambu darsono(jambu bol).Mungkin karena kesepian beliau rela menunggu di halaman depan rumahnya.
Lain halnya kasih sayang yang diberikan kepadaku. Ayah selalu menolak bila kuperlakukan lebih disetiap harinya.Beliau berkata," Yul, ndak usah segalanya kamu persiapkan seperti ini, biarlah bapak urus sendiri,nanti bapak terlena dan sedih akhirnya." Seperti biasa, aku paling tidak puas bila tidak mengetahui alasannya.Kupaksakan diri terus menyiapkan " Dahar "( makan) siangnya, sambil bertanya ,"Kenapa to pak, memangnya?" Beliau menjawab dengan melasnya, " Kebiasaan yang kamu lakukan , mengingatkanku pada kebiasaan ibumu.Biarlah bapak ambil sendiri di lemari makan.Bapak nanti kaget bila kalian pulang ke Bontang!" Ooooo ternyata hal itu yang menjadi masalahnya.
Ungkapan kasih sayang kepadaku , begitu membekas di sanubariku. Tatkala beliau menerima hadiah celana kolor hasil jahitanku.Lagi lagi beliau teringat pada mendiang ibu mertuaku.Beliu sangat bersuka cita, sambil berkata," Terima kasih ya NDUk, kamu benar benar perhatian seperti almarhum ibumu." Memang alm ibu mertuaku rajin dibidang ilmu kewanitaan. Beliau pandai menyulam ,menjahit, merenda, bahkan pandai memasak.Yang amat membekas dalam ingatanku kasih sayanmg ibu mertuaku kepada keluarga besarnya.Beliau selalu tersenyum dan ikhlas mengurus suaminya. Betul betul beliau pasangan ideal di pandangan mataku.Ya Allah jadikan kami pasangan yang utuh dan rukun seperti beliau berdua.Amin.

Berbanding terbalik dengan orang tuaku.

Memang sengaja tak banyak yang ingin kuceritakan tentang keaadaan ayah dan ibuku. Sekilas mengulang cerita ,dari Mei 1986 ayahku jatuh sakit, dan sejak saat itu pula sedikit melupakan siapa saja anggota keluarganya.Saat pernikahan kamipun hanya ibu yang merestui dan mendampingi kami berdua. Tapi tak megurangi rasa hormat kami, kami tetap mengagumi keteladan beliau saat saat sehatnya.
Untuk ,menghindari duka ku, biarlah bagian ini hanya menjadi cerita batinku sendiri.
Lain halnya dengan ibunda tercintaku, setiap kami cuti, selalu kami ajak kemana saja kami berada.


Detik detik terakhir cuti.


Kebiaasaan terakhir suamiku selalu mengkoreksi percakapan antara aku dan ayah mertuaku. Suamiku selalu bertanya," Dik Yuli sudah diajak bicara/ cerita bapak, kalau belum tolong cepat dekati bapak ya!"
Suamiku paling hafal kebiaasaan ayahnya. Ayah mertuaku lebih condong berkeluh kesah kepadaku. Segala kepenatan fikiran dan beban batinnya selalu tertumpah kepadaku.
Betapa leganya aku menerima kepercayaan beliau itu.Kesedihan selalu menghampiri hari hari terakhir cuti kami i. Sungguh ku tak tega melihat figur ayah mertuaku saat duduk termenung didepan TV, sambil memegang helai rambutnya yang sudah memutih.Aku selalu merayunya ,agar beliau mau ikut dengan kami ke Bontang. Tapi dengan kesabarannya , beliau selalu menolak. Karena dirumah beliau juga mengurus salah satu cucu kesayangan, putra dari salah satu kakak suamiku.Itu yang memberatkan langkah kaki beliau untuk bersama kami.
Ibundaku kuantarkan pulang sebelum keberangkatan kami.
Hari "H" telah tiba.Seperti biasa ayah mertua selalu mengantar kami sampai Airport Juanda. Kelihatan betul kesedihannya.Putri kecilku Ayesha tak pernah lepas dari dekapannya.
Tgl 22 Maret 1992 tepatnya.

Rutinitas kembali seperti biasa.


Dengan sedikit linangan air mata....kurebahkan badanku di jok mobil yang mengantarkan kami ke Bontang.Kami pulang melalui jalur darat. Rasa capek amat terasa, dengan beban kandungan yang sudah berusia 7 bulan.Setelah menempuh perjalanan selama 6 jam, sampailah kami dirumah.
Seperti biasa keesokan harinya suamiku langsung beraktivitas seperti biasa, rutinitas kerja. Kesibukankupun berlalu seperti biasanya juga, hanya berdua saja aku dan si kecil Ayesha.


Kabar itu datang dengan tiba tiba.


Pukul 09.00 wita, aku baru selesai memandikan putri kecilku Ayesha.Terdengar riuh lirih suara ribut suami dan adik iparku.Bergegas aku keluar untuk membukakan pintu.Mereka berdua saling berpandangan dan saling berkata," kamu saja yang bilang!" Persis seperti anak kecil yang ketakutan.
Aku mulai menaruh curiga, kenapa mereka aneh ,tidak seperti biasanya.Setelah masuk rumah, suamiku mulai membuka pembicaraan. Dengan hati hati dan sedikit berbelit belit bahkan terpatah patah." Ada apa mas? tanyaku sambil terheran." Dik Yuli , mas Agung minta jangan kaget ya!" rayunya..... Kembali ku bertanya," Memang kenapa?" Suamiku dan adik iparku saling berpandangan terus berkata," Ada kabar tentang bapak." Langsung kusambut dengan pertanyaan,"Kabar apa dan bapak siapa?" Dengan mimik yang mengkhawatirkanku, suamiku menjawab," Bapak Kasijarno, SEDO ( meninggal)." Tanpa kuhiraukan kondisi kehamilanku, aku berlari masuk kedalam kamar, kutelungkup di atas kasur,sembari berteriak, kedua lelaki yang mengasihiku berlalu menghampiriku." Dik yuli, kami belum selesai cerita, tapi adik harus tegar ya!" sapa adik iparku." Dik Yuli mau tahu, bapak meninggal sudah 15 hari yang lalu." kata suamiku." Ya Allah, sekarang sudah tanggal 16 April, jadi ayahku meninggal tanggal 1 April?" pekikku lirih. Ya Allah sebegitu parahkah dosaku Padamu, sehingga Kau karuniakan padaku cobaan bertubi tubi.Sungguh satu penyesalan yang tak bisa kumaafkan pikirku saat itu. Aku sungguh geram kepada keluarga besarku.Bagaimana tidak, saudaraku tergolong orang berpendidikan, tapi kenapa bersikap seperti ini padaku.Masih kurangkah mereka menerima kesabaranku selama ini.Yang kusesali sampai detik ini, kenapa mereka tidak bisa memilah antara masalah biasa atau masalah yang berdampak psykis pada diriku, padahal semua saudaraku tahu kalau ayah paling dekat dengan aku .Fasilitas telepon saat itu masih tergolong langka, kabar berita kadang hanya tersampaikan lewat surat dan telegram saja. Yang sangat mengecewakanku, kabar duka ini kuterima hanya melalui selembar surat, yang ditulis oleh abangku yang seorang POLRI.Suamiku amat mengkhawatirkan kodisiku, dengan sabar,
dia menyemangatiku. Lain halnya dengan tetangga belakang rumahku, dengan tergopoh gopoh pula dia datang ke rumahku, dengan wajah terkejut dan membawa beban perut yang sama usia kandungannya dengan kehamilanku, mengira diriku mengalami keguguran. Dengan derai air mata dia menyadarkan ku. Ya sudah, ini satu cobaan lagi buatmu dik, terima dengan lapang dada, pasti kamu bisa melampoinya.Sekarang persiapkan keperluan yang akan dibawa pulang, biar nggak ketinggalan pesawat yang siang.
Suara bel terdengar, p.Jusil ( alm ) datang, dengan sedikit memberi teguran kepada suamiku.
" Kenapa semua urusan kamu urus sendirii Gung ( Administrasi emergency)?" tegur p. Jusil." Maaf pak,bukan kami melampoi batas kewenangan, kami hanya bertujuan mengulur waktu, supaya kami ( suami & adik iparku) menemukan cara dan kata kata yang tepat untuk menyampaikan kabar ini kepada isttri saya ,pak," jawab suamiku.
Waktu begitu cepat berlalu, pukul 13.30 wita, pesawat Dash 7 mengantar kami ke bandara Sepinggan , Balikpapan. Untuk pesawat yang ke Surabaya " Take off" pukul 15.00 wita. Alhamdulillah , perjalanan kami lancar lancar saja. Kami singgah di Mojokerto, menjemput 2 kakak iparku.
Disetiap perjalanan hanya linangan air mata yang keluar dari pelupuk mataku ,luapan kesedihanku. Ayah sulit kuhilangkan kemanjaanku padamu. Aku masih ingin menggodamu....untuk meminta uang receh yang kau taruh di tempat khusus hanya kau sediakan untukku.
Pukul 24.30 wib kami sampai di rumah orangtuaku, ibu dan kakak kakakku ( kecuali abangku yang Polisi)
menyambut kami dengan penuh haru.Ya, aku yakin....ada tercium sesuatu aroma, yang menandakan arwah ayahku berada disitu, khas betul dan suamiku juga mencium aroma itu. Dalam hati aku berkata, Ya Allah hanya kepadaMU aku berlindung, dan atas kuasaMU semua ini terjadi, terima kasih masih Kau beri kepercayaan untuk merasakan keberadaan ayahku mesti dalam dimensi yang berbeda. Ayah dalam alammu, kaupun juga tahu bagaimana duka yang kurasa saat itu.Hanya belaian lembut tanganmu saat membelai rambutku dan mengusap helai rambut yang terurai dikeningku......takkan lagi kurasa.
Lenggok manjaku ,saat aku ingin duduk dipangkuanmu tak lagi bisa kucipta.Lenguhan nafas lembut,dan derai air mata yng meluncur dengan sendirinya, saat aku terpana pada sebuah kursi yang biasa kau gunakan saat aku bermanja denganmu.

Alur cerita yang bergulir dikeheningan malam itu......


Tak terasa kantuk tak mendera mataku, terkalahkan oleh nafsu ingin tahu detik detik teraklhir ayahku.Tanpa ada pertanyaan, aku ikuti cerita kakakku yang no 7, ( aku no 8) semua tidak menyangka ,ayahku pergi secepat ini. Ibu yang saat itu berada di Surabaya, ayahku tinggal dirumah seorang diri.Kadang hanya ditemani satu keponakanku yang masih SD.
Seperti biasa, ayah membersihkan rumput liar yang tumbuh diantara pasir abu Gunung Kelud ( kota Blitar beberapa waktu sebelumnya tertimpa hujan abu).Ayahku sebelumnya sempat berpesan pada keponakanku," Mbang, eyang kangkung mau pergi ambil pensiun, sambil berlalu membawa pakaian dalam yang ditaruhnya di jemuran depan kamar mandinya." Jam piro kung (jam berapa kung)?" tanya Bambang keponakanku." Jam 9 saja le," jawab ayahku." Kakung mau membersihkan rumput dulu,"imbuh ayahku. Ayahku mulai sibuk ,dan Bambangpun pergi berlalu.
Setelah beberapa waktu berlalu.... Bambang, kembali mencari ayahku untuk mengingatkan ,bahwa saat itu jam 9 sudah berlalu." Lho pakaian eyang kakung kok masih tergantung?"tanyanya dalam hati. Bambang berlari mengelilingi rumah kami, tapi nihil ,ayahku tidak ada dihalaman lagi. Bergegaslah Bambang masuk kedalam rumah, Bambang merasa lega ,melihat eyang kakungnya tertidur di tempat tidur. Tapi betapa kagetnya,"Ya kakung kok tidak seperti biasanya, kenapa tidur dengan kaki penuh pasir seperti itu?"Bambang terus mendekati ayahku dan terus berusaha membangunkan ayahku. "Kung bangun ,mandi, bilangnya mau ambil pensiun! Kung bangun, bangun kung, kung? Baru tersadar olehnya kalau sang kakung susah dibangunkan, larilah dia menemui bapaknya, dan berkata disela tangisnya ," Pak eyang kakung mati." Terhenyaklah adik sepupuku dalam duduknya, berlari memanggil pakdeku, dan memberi tahu kalau ayahku meninggal dunia.Ya Allah.....ampunkan kesalahan dan dosa
kami, terima kasih telah engaku permudahkan kepergian ayah kami tanpa bimbingan kami.....Perlu kami syukuri....ayah beberapa hari sebelumnya, telah mempersiapkan tempat tidur yang beliau keluarkan dari kamar dan ditaruhnya dibalik bufet tempat dimana meja makan biasa ditempatkannya.Tangisku muali mereda tatkala aku sadar,aku tak boleh larut dalam duka yang berkepanjangan, mengingat kondisi kehamilanku.Ya Allah kalau memang ini jalan hidup yang telah Kau gariskan dan Kau takdirkan padaku,akan kuterima dan akan selalu ku syukuri.


Penyesalan yang kurasakan kuungkapkan.

Penyesalan selalu terjadi dibelakang peristiwa, tetapi Allah telah memberikan kelebihan pada kita ma nusia, yaitu akal filiran. Kita bisa meminimalkan penyesalan dengan akal fikiran itu.Ya.....semua bisa terjadi diluar kuasa kita. Tolong jangan kesampingkan masalah yang seperti ini. Ya bagi kalian mungkin hal yang wajar.Tapi bagi kami sudah sangat menyakitkan. Jangan sampai diulangi lagi , apapun yang terjad,i cepat beri kabar kepada kami. Kami ada fasilitas khusus dalam hal ini, kabar itu tidak menyulitkan kami. Kami mohon jangan sampai terulang lagi. Apapaun itu kejadiannya kami akan selalu usahakan.
Semua saudaraku memohon maaf kepadaku dan akhirnya mereka mengutarakan alasannya ,kenapa sampai terlambat memberi kabar padaku.
1. Karena kami baru saja pulang cuti, takut kalau kami kesulitan akomodasi.
2. Takut aku shock mendengar kabar duka itu, karena kondisiku yang sedang mengandung.
Ya ampun, ternyata beda prinsip yang membuat penyesalan ini terjadi . Nasi sudah menjadi bubur, sesuatu yang telah terjadi tidak mungkin diulang kembali. Yachhhh akhirnya kuambil sisi baiknya...... karena keluargaku amat "menyayangi" ku, kubuang jauh jauh segala prasangka burukku terhadap keluargaku
Ya Allah aku selalu berterima kasih kepadaMu,tempatkan ayahku disurgamu , ampunkan dosanya,terima amal ibadahnya, kuatkan selalu iman keluarga yang ditinggalkannya," Rabbiqfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani sagira." Amin.
Ya Allah jangan pernah Kau lepas ikatan batinku dengan ayahku ... aku bersyukur atas karunia kelebihan itu.....Amin.
Selamat jalan ayahku tercinta.....canda tawa...segala cerita manja yang ayah berikan padaku masih hangat dipelukanku, sifat disiplin dan tanggung jawab akan kupegang teguh untuk kebahagiaanmu. Doaku tak pernah putus seperti kasih sayanghku padamu tak pernah padam meski waktu dan demensi yang memisahkan kita. Aku selalu sayang......padamu.


Blitar, 27 Juni 2010.
Yuli Agung.

0 komentar:

 
♥KALAM IBU-IBU♥ - by Templates para novo blogger