Minggu, 20 Juni 2010
Winny W Sutopo
Satu bulan terakhir ini, kehidupan kita diramaikan oleh pemberitaan tentang bom. Dan seperti sudah menjadi "suatu keharusan", bom selalu dikaitkan dengan Nurdin M Top dan Jihad. Orang selalu mengatasnamakan jihad untuk melakukan pengrusakan dan pembunuhan,yang akhirnya jadi mengkonotasi kan Islam itu keras dan kejam. Pertanyaannya, apakah islam itu memang kejam dan keras? Apakah jihad selalu berarti pembunuhan dan pengrusakan ?
Secara bebas, jihad bisa diterjemahkan (paling tidak menurut pendapat saya yang pengetahuan islamnya minim - sesungguhnya saya malu mengakui bahwa pada usia sekian pengetahuan islam saya masih saja minim ) sebagai berjuang di jalan Allah. Berjuang di jalan Allah menurut hemat saya berarti berjuang untuk menegakkan dan mensucikan Allah sesuai dengan sifat-sifat Allah dengan menggunakan sifat-sifat Allah. Ada 99 sifat Allah seperti yang tercantum dalam Asmaul Husna. Dan berjuang selalu memerlukan pengorbanan. Jadi jihad menurut pendapat saya adalah semua usaha dan pengorbanan yang diupayakan dengan sifat-sifat Allah agar keberadaan Allah di dunia ini terasa. Dan jihad dalam pengertian ini jadi amat luas aplikasinya.
Seorang wanita yang bangun di pagi hari, memutus tidurnya yang nyenyak demi menyiapkan sarapan untuk keluarga, dapat dikatakan berjihad bila diniatkan bahwa apa yang dilakukannya itu semata karena Allah lilllahitaala. Ia mengorbankan waktu tidurnya demi memenuhi tugas dan kewajibannya sebagai ibu dan isteri. Ibu yang mengurangi waktu menonton infotaintment dan sinetron karena mengajari anaknya, itu berjihad, karena ia mengorbankan kegiatan yang disenanginya demi membuat anaknya pandai. Seorang bapak pergi ke tempat kerjanya, mengerjakan tugas-tugasnya dengan jujur dan sepenuh hati dengan disertai rasa takut kepada Allah swt itu pun dapat dikatakan berjihad, karena ia mengorbankan pikiran, tenaga dan ilmunya demi kepentingan pekerjaan dan mencari nafkah yang halal bagi keluarganya . Pembantu yang bangun pagi-pagi kemudian mengerjakan tugas-tugasnya itu juga jihad, karena ia mengorbankan waktunya untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarganya demi mendapatkan nafkah. Anak -anak pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu dan menjauhi menyontek, itu pun berjihad. Orang berpunya memikirkan cara untuk membantu tetangganya yang tidak berpunya, itu juga jihad, orang berpendidikan berupaya memerangi kebodohan dengan mengajarkan anak-anak kampung di sekitarnya itu juga berjihad. Bidan yang bertugas di pedalaman itu jihad, polisi yang bertugas di jalan raya dan menghirup CO2 setiap hari itu jihad. Wanita yang mau mengurangi sifat-sifat negatifnya dan belajar untuk bisa bersikap lebih positif ( mengurangi bergosip, mengurangi sikap konsumtif dan lain-lain )itu berjihad, laki-laki yang mengurangi sifat mata keranjangnya itu juga berjihad. Singkatnya semua upaya dan pekerjaan yang dikerjakan dengan keikhlasan karena mengharapkan ridho Allah semata untuk melayani kepentingan orang lain demi menegakkan asma Allah itulah jihad. Begitu dalam makna jihad dan begitu luas aplikasinya.
Kalau diperhatikan, maka orang bisa berjihad bila ia memiliki kepekaan terhadap apa yang terjadi di sekitarnya dan memiliki keinginan untuk membantu dan menolong orang di sekitarnya, bukan karena mengharapkan pujian atau tanda jasa, melainkan karena ia merasa takut kepada Allah dan sebagai ungkapan rasa syukurnya atas semua karunia dan kelebihan yang telah diberikan Allah kepadanya . Ia mau berkorban demi orang lain atas dasar rasa sayang dan ketaatannya kepada Allah. Orang yang masih bersikap egois, masa bodoh terhadap lingkungan dan tidak mau "susah" ( bangun pagi sebelum orang serumah bangun, padahal mata masih mengantuk , itu kan susah. Anak belajar dengan mengurangi jam main play station itu kan sulit, pekerja bekerja dengan giat sementara sekelilingnya mengobrol pastilah tidak mudah, murid sekolah harus berpikir sendiri dan tidak menyontek teman itu kan tidak mudah , mengurangi jatah membeli barang-barang konsumtif dan memberikan uangnya kepada orang miskin yang belum tentu kita kenal atau mau berterima kasih itu juga bukan bukan perkara mudah , mengurangi bergosip itu juga bukan perkara mudah, mengurangi melirik wanita lain sementara yang disamping sudah tidak enak dipandang itu juga bukan main sulitnya), pasti belum mampu berjihad. Jadi jihad dimulai dengan memerangi hawa nafsu dan ke egoisan diri, demi untuk kepentingan orang lain. Dan itulah seberat-beratnya jihad.
Dengan pemahaman jihad seperti ini, maka jihad tidak selalu harus disertai dengan kekerasan dan pengrusakan. Jihad juga bukan berarti perang fisik, dan jihad tidak hanya bisa dilakukan oleh mereka yang militan. Sebaliknya jihad dilaksanakan dengan mengamalkan sifat-sifat Allah yang ada 99. Jihad adalah kewajiban kita sebagai umat muslim. Jihad seharusnya dilakukan sehari-hari dan meliputi seluruh aspek kehidupan kita. Bila semua umat muslim ( sebagian besar umat muslim, kayaknya lebih realistis deh ) memiliki semangat berjihad dan mau mengamalkannya, maka pastilah dunia ini akan lebih nyaman untuk ditinggali. Tidak ada kesenjangan antara kaya dan miskin, karena yang kaya membantu yang miskin, tidak ada kebodohan karena yang pandai mengajari yang bodoh dan yang bodoh mau belajar, tidak ada anak terlantar dan menjadi anak pembantu, karena ibunya mau meluangkan waktu untuk mengajari, memasakkan, menemani nonton televisi, tidak ada.......... Memerangi kemiskinan, meminimalkan kesenjangan sosial, menanggulangi kebodohan dilakukan dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan karena itulah makna Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin ( = agama yang menyebar kasih sayang di muka bumi ) ini akan terasa dan asma ul husna bisa ditegakkan. Wallahu alam wisawab.
0 komentar:
Posting Komentar