Kamis, 01 April 2010
Oleh : Yuni Soedibjo
Di tahun 2007 sungguh merupakan tahun yang gak pernah akan aku lupakan. Bagaimana akan lupa karena ujian sungguh berat bagiku yang datang silih berganti. Tahun 2007 adalah tahun kenangan yang amat berharga bagiku. Di awal tahun 2007 adalah permulaan ujian demi ujian datang silih berganti.
Awalnya anakku yang pertama kelas 3 SMP yang tahun 2007 ini akan menghadapi UAN. Waktu itu ada ketentuan dari sekolah bahwa UAN standart nilai kelulusan harus 4,0 dengan 3 mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Sungguh membuat anak-anak sangat prihatin harus memperoleh nilai yang bagus.
Bulan April mulai pada sibuk, walaupun yang ujian anak-anak tapi sebagai orang tua ikut merasa khawatir. Dengan kekhawatiran itu pula kegelisahan orang tua sangat berpengaruh pada anak. Sehingga aku yang merasakan anak I mau menghadapi ujian sangatlah berusaha bagaimana caranya agar anakku tidak gagal. Aku selalu memberi semangat pada anakku, agar sering-sering baca dan berdoa. Hanya dengan berdoa itulah kita pasrah pada Allah SWT dan aku yakin Allahlah yang menentukan segalanya, dan hanya Allah yang bisa membantu hambaNya yang mengalami kesulitan.
Selama aku membimbing anakku, keponakanku yang di Salatiga Jawa Tengah juga mengalami cobaan. Dian (keponakanku) nelpon dan mengatakan bahwa 2 bulan lagi dia akan melahirkan anak pertama. Dia bertanya padaku, “Bulik, bagaimana ya saya mau ujian sarjana tanggal 17 Juni padahal itu pas perkiraan dokter tangal kelahiran anakku?” Ya aku sih Cuma bisa menyarankan, “Ya berdoa saja Yan, mudah-mudahan kamu bisa ikut ujian dulu baru nanti melahirkan, dan mudah-mudahan anakmu nanti lahir tanggal 19 Juni, jadi bulik ada temannya kalau pas Ulang Tahun.” Dian cuma jawab, “Insya Allah, amin terima kasih sarannya.”
Memasuki bulan Mei ujian tambah berat rasanya, ya Allah ada kabar dari Sulawesi bahwa ibu mertua sakit dan sangat merindukan anak kesayangannya. Yah langsung saja suamiku berangkat ke Sulawesi karena Emergency untuk menemui ibu yang sedang sakit.
Suamiku berangkat dengan rasa cemas karena ibu jarang sakit. Sungguh sangat sedih karena anak pas mau ujian, orang tua sakit. Ya Allah berikan aku kekuatan, sering dalam doaku mudah-mudahan kami diberi kekuatan agar semua berjalan lancar, dan akan diberi jalan yang terbaik. Suamiku berangkat ke Sulawesi hanya beberapa hari karena cuma dapat waktu 3 hari, berhubung Sulawesi itu jauh perjalanannya ya jadinya 1 minggu dengan perjalanan. Tanggal 10 Mei suamiku baru pulang dari Sulawesi, ceritalah suamiku tentang penyakit yang diderita ibu. Ibu menderita sakit maag yang parah karena ibu muntah terus, tidak mau makan dan ibu cuma diam saja tidak mau bicara.
Setelah pulang suamiku emang waktunya mengajukan cuti yang jatuh bulan Juni karena mau digunakan untuk berlibur dengan anak. Ujian UAN tuk SMP jatuh pada tanggal 22 Mei waktu itu, ya alhamdulillah waktu ujian suami menemani anak. Cuma pengumuman masih nanti tanggal 10 Juni dan mulai libur sekolah tanggal 12 Juni sampai awal Juli.
Memasuki hari ujian aduh aku yang kepikiran merasa gelisah terus karena nggak tau kenapa bisa menunggu anak ujian tetapi pikiran ke Sulawesi sampai 2 tengah malam aku terbangun memohon Ya Allah Engkau Maha Mengetahui apa yang sedang dan akan terjadi pada kami. Berilah kekuatan dan ketabahan agar kami bisa menghadapi ini semua dengan kesabaran.
Memasuki bulan Juni sungguh sangat membuat hati selalu berdebar. Bagaimana tidak berdebar karena bulan Juni adalah bulan kebahagiaan buat aku.
Suami cuti tanggal 9 Juni yang akhirnya kami putuskan kalau suami berangkat ke Sulawesi untuk menemani ibu yang sedang sakit. Walaupun jauh komunikasi tidak pernah putus. Tanggal 10 ada pengumuman kelulusan SLTP, alhamdulillah anakku lulus. Memasuki hari ke 4 suamiku berada di Sulawesi, ibu dibawa ke sebuah RS di Masamba jauh dari desa kami, maklum keluarga kami hidup di kota kecamatan jadi tidak ada RS yang bisa dituju. Setelah ibu dibawa ke RS Masamba diputuskan untuk dirawat, dan suamiku mendampingi terus. Keadaan ibu semakin menurun hingga tanggal 17 Juni ada kabar dari Sulawesi kalau ibu mengalami pendarahan terus, sehingga suamiku mengambil keputusan untuk memanggilku harus berangkat ke Sulawesi. Dengan rasa cemas aku berangkat ke Sulawesi dengan adik ipar. Tanggal 18 pagi aku berangkat ke Balikpapan dan selanjutnya terbang ke Sulawesi. Sampai di Bandara Hasannuddin sudah menunjukkan pukul 4 sore, kalau aku nunggu bus ke Pallopo terlalu lama dan sambil nunggu keponakan yang dari Jogya aku mencari mobil carteran. Akhirnya kami carter mobil, ongkos dari Makassar ke Masamba Rp. 200.000,- waktu itu. Duh sungguh sangat melelahkan perjalanan darat dengan Panter. Singkat cerita perjalanan sampai di Masamba jam 02.10 dini hari. Bayangkan tidak tahu arah Utara Selatan dan nggak ada saudara yang dituju akhirnya kami langsung ke RS.
Masya Allah sampai RS kami tidak diperkenankan masuk oleh Satpam karena bukan pada waktu jam besuk. Dengan memohon aku jelaskan kalau aku jauh-jauh dari Kalimantan karena ingin menjenguk mertuaku dan aku bilang kalau suamiku ada di dalam. Akhirnya kami diperkenankan masuk. Dengan memasuki lorong RS yang gelap dan sepi membuat bulu kudukku berdiri. Melewati ruang ICU jantungku berdetak makin kencang. Ya Allah mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Dalam hati ini tanggal 19 Juni yang biasanya adalah hari bahagiaku karena ulang tahun, tapi kali ini tidak aku merasa ada sesuatu di hari bahagia ini. Kulihat ibu terbaring dengan infus dan sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ya Allah beri aku kekuatan, berilah yang terbaik buat ibu mertuaku.
Jam 7 pagi pada saat visit dokter, dokter mengatakan bahwa ibu harus dirawat di ruang ICU supaya lebih intensif lagi dalam pengawasan dokter. Oke kami sepakat ibu dibawa ke ruang ICU. Masih menunggu segala sesuatunya Hpku berbunyi dan suara dari sebrang sana kakak-kakakku pada ngucapin selamat ulang tahun, aku hanya bisa berucap terima kasih dan menangis terus karena di saat aku bahagia aku juga lagi bersedih karena ibu yang berada di depanku harus masuk ICU. Ada juga keponakanku yang memberi kado istimewa buatku, “Bulik Selamat Ulang Tahun ya, semoga panjang umur dan ini aku kasih hadiah anak laki-lakiku yang barusan lahir sesuai permintaan Bulik karena aku ujian dulu tanggal 17 dan benar tanggal 19 aku melahirkan. Ya Allah alhamdulillah hirobil alamin, aku nggak bisa ngomong apa-apa kecuali menangis. Ya Allah di saat aku bersedih menghadapi ibu yang sedang sakit Engkau memberi hadiah seorang cucu laki-laki dari Dian keponakanku yang tempo hari minta doa restu karena mau ujian sarjana. Belum lagi kuhapus airmataku karena suka duka yang menyatu ada telpon lagi dari teman yang aku titipi sebagai wakil dari orang tua untuk mengambilkan ijasah anakku yang ujian tempo hari. “Halo bu, assalamualaikum, ini saya sudah mengambil hasil UANnya Yudi, selamat Yudi berhasil masuk 10 besar dari seluruh siswa Vidatra, yaitu urutan ke 6.” Aku hanya bisa menjawab, “Waalaikumsalam, terimakasih pak atas segala bantuannya, dan syukur alhamdulillah anakku telah berhasil. Tak henti-hentinya aku bersyukur kepada Allah. Syukur alhamdulillah ya Allah Engkau beri aku rezeki lagi hasil ujian anakku, dan aku menangis haru karena suka dan duka yang aku alami datang bersamaan. Terimakasih Ya Rob, hanya dengan kebesaranMu kami bisa menghadapi semua ini.
Singkat cerita ibu telah dirawat di RS Masamba selama 16 hari, 6 hari rawat biasa dan 10 hari di ICU, karena keterbatasan dana ibu kami bawa pulang ke Maramba. Dan akhirnya ibu meninggal dunia tanggal 23 Juli 2007. Innalillahi wainna ilaihi rojiun, selamat jalan ibu tercinta, mudah-mudahan ibu diampuni dosanya dan diberi tempat yang layak di sisi Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar