Selasa, 04 Mei 2010
Pagi ini rencananya Aku dan suami mau anter Akas (kakek dalam bahasa Palembang) untuk periksa darah rutin di dokter klinik kecil dekat rumah. Siangnya mau juga mau ambil paspor-ku di Jatinegara. Karena besok kita sekeluarga mau ke Bandung, biar suster Siti (pengasuhnya Arka & Argi) dan anak-anak dirumah Akas saja sambil mempersiapkan baju-baju dan perbekalan untuk ke Bandung.
Di klinik ternyata sudah ada beberapa pasien, jadi kita duduk-duduk untuk antri dulu. Begitu dipanggil, karena penglihatan Akas sudah mulai berkurang kita semua ikutan masuk ke dalam ruang praktek untuk bantu Akas. Didalam Akas mulai bertanya ini dan itu sambil dicek oleh dokter. Lagi asik-asik konsultasi tiba-tiba ada suara rebut-ribut diluar ruangan dan tiba-tiba braakkk..! Pintu ruangan terbuka, masuk suster Siti sambil gendong dede Argi, aku terlonjak, kaget banget.
Ada apa?!
Lebih kaget lagi waktu aku lihat dari lutut dede Argi menetes-netes darah merah segar kelantai.
Dede Argi terlihat pucat, suster terlihat ketakutan
"Ibuu.. dede Arginya jatuh..!" itu saja yang berhasil aku dengar dari saura suster Siti. Selebihnya aku konsentrasi dengan luka yang menganga di lutut dede Argi.
Dede Argi langsung aku peluk, dan aku baringkan di tempat tidur praktek dokter. Ruangan dokter ini langsung terasa sesak dan penuh aroma panik. Aku yang panik maksudnya.
Karena ini klinik kecil, dokternyapun dokter muda, yang baru lulus, adoooh, begitu lihat luka dede yang menganga lebar aku lihat tangan dokternya gemeteran dan beliau bilang "ini lukanya harus dijahit bu" dengan nada tidak meyakinkan.
Huuu..huuu..hu... dede Argi mulai nangis
Aku mulai panik, cemas, cemas karena luka di lututu dede Argi yang mengeluarkan darah dan cemas karena gak terlalu yakin dengan dokter muda ini. Aku lirik suamiku, ia juga terlihat cemas. Akas juga terlihat gelisah, mungkin akan ikutan panik bila melihat luka dilutut dede Argi yang menganga lebar dan mengucurkan darah segar. Ya sudah, apapun yang terbaik.. bismillah.. la haula walakuata illabila.
Dokter muda itu mulai membersihkan luka dede Argi "aduuhhhh... ADDDUUUUHHH... SAKIIITTT DOKTERRR" begitu teriak dede Argi setiap dokter mengoleskan cairan berwarna kuning kelukanya.
Kaki dede Argi yang meronta-ronta ditahan oleh suamiku dan satu orang suster laki-laki. Selesai dibersihkan, dokter muda itu mulai menjahit lukanya. Aku lihat jarum yang dipakai adalah jarum panjang dengan ujung seperti kail di pancing ikan.
"HOOOOOOOOOOO.. SUUUUDAAAAAAHHHHHHHHHHHHH...!!!!!!!" teriak dede histeris, satu jarum jahitnya menembus kulit. Aku peluk dede Argi sambil ajak ngobrol
“Dede tadi makan apa?” tanyaku lembut dengan suara ditenang-tenangkan.
“Makan mie Bunda” jawab dede Argi dengan suara lemah, wajah penuh keringat dan air mata, aku lap keringatnya dengan tissue
Tiba-tiba..
"SUUUUUUUUUUUUUDAAAAAAAAAAHHHHHHHHH JANJIII YAA DOKTER, SUDAAAAAHHHH... SAKIIITTTT" teriak dede Argi keras, satu jarum menembus kulitnya lagi, baru berhasil satu jahitan dan dede Argi kembali meronta-ronta.
Aku lemes, ingin nangis juga.. luka di lutut dede Argi masih mengeluarkan darah. Dokter lalu menyiram luka itu dengan cairan kuning lagi, mungkin betadine.. dede Argi langsung menjerit "AAAAAAAAAAWWWWWWWWWWWWW.. SUUUUUUUUDAAAAAAAAHHHHHH!!!!!! DOKTEERRRRRR!!!" tapi belum selesai, masih lebar luka di lututnya.
"SUUUUUUDAAAAHHH...HUUUU...HUUUUU...HUUUU... AAAAHHHHH...SUUUDAAHHH!!" masih teriak histeris dede Arginya tiap kali jarum ditangan dokter itu menembus kulitnya.
Aku langsung tanya kedokternya dengan nada tinggi satu oktaf "dibius gak sih dok? kok anak saya masih kesakitan?!"
Entah dokternya jawab apa, karena tertutup dengan teriakan dede Argi lagi.
Tapi iya sih.. mungkin sudah dibius karena aku lihat dokternya tadi sudah suntik dede Argi. Bismillah, aku percaya saja.
Dede Argi kembali menjerit-jerit kesakitan "SUUUUUDAAHHH... SAKIITTTT... SAKKKIIIITTTT..." dan selalu aku hanya bisa elus-elus rambut dede Argi, peluk dede Argi, hapus air matanya, hapus keringetnya... dan berjanji setelah semua selesai akan membelikan dede Argi es krim strawberry kesukaannya.
"OOOOWWW OOOWWW SAKIIITT DOKTERRRRR... SUUUDAAAAHHHHHHH!!"
Setelah beberapa saat yang penuh emosi, akhirnya selesai juga sang dokter menjahit lutut dede. Dede Argipun tertidur kecapek-an. Tidak kurang dari 8 jahitan menghiasi lututnya, berarti 16 tusukan jarum dan 16 kali lebih dede Argi menjerit kesakitan :”(
Aku sedih sekali.
Sampai dirumah Akas, mas Arka menyambut kami dengan cemas.
“Bunda, dede Argi jatoh, tadi darahnya banyak, disini.. disini dan disini.. semua ada darahnya dede Argi” begitu lapornya sambil menunjukkan tempat-tempat tetesan darahnya dede Argi. Wah, ternyata banyak juga tempat tetesan darahnya.
“Sekarang dede Arginya tidur ya Bunda?” tanyanya lagi sambil melihat dede Argi yang masih tertidur dipelukan Ayahnya.
“Iya” jawabku pelan, takut dede Arginya terbangun.
“Tadi mas Arka takut Bunda, takut dede Arginya mati, mas Arka tadi berdoa ke Allah, semoga darah dede Argi gak keluar banyak, semoga dede Argi ketemu Bunda” hiks, aku jadi terharu mendengarnya, langsung aku peluk mas Arka.
“Terima kasih ya mas, karena doa mas Arka jadinya Bunda bisa ketemu dede Argi, jadi dede Argi gak ketakutan” aku tersenyum dan bersyukur dalam hati mempunyai mas Arka yang sayang adiknya.
“Tadi dede diobatin apa Bunda?” tanyanya lagi sambil melihat lutut dede Arginya yang di perban.
“Oo.. dede Argi dijahit lukanya oleh dokter, supaya lukanya rapet dan darahnya gak keluar lagi” jelasku sambil mengelus-elus rambut mas Arka
“Dijahit gimana Bunda?”
“Dijahit seperti jahit baju, pakai jarum dan benang” jawabku lagi
“Sakit gak? Dede Argi nangis gak Bunda?” mas Arkanya meringis ngeri mendengar
penjelasanku.
Tiba-tiba dede Arginya terbangun “Bunda..” panggilnya, matanya sembab bekas menangis tapi bibirnya tersenyum gembira melihat mas Arka.
“Iya dek” jawabku. Mas Arka langsung loncat ketempat tidur dan cium pipi adeknya. Adek Argi-pun tersenyum senang.
“Tadi dijahit ya dek lututnya?” tanya mas Arka dengan mimik khawatir sambil memperhatikan lutut dede Argi. Dede Arginya mengangguk sambil menunjuk lututnya.
"delapan jahitan mas" begitu jawabnya
“Sakit gak dek?”
“Gak sakit, enaaakkk, cuman sakit sedikit…” jawab dede Argi dengan mimik lucu dan
tersenyum lebar, lalu dede Argi melanjutkan ucapannya sambil menoleh kearahku "mana es klim stobely-nya Bunda?"
oalaaa dede Argiii………
0 komentar:
Posting Komentar