Minggu, 17 Mei 2009
Oleh: Sri 'ade' Mulyani
Astaga, 5 juta!!! Aku menggeleng tak percaya menatap dua ekor kucing pesek di hadapanku. Bulunya indah tipe longhair, yang satu putih, yang lainnya abu-abu. Tapi hatiku tetap tak setuju dengan harga semahal itu. Harap-harap cemas aku menatap suamiku, berharap ia melupakan keinginannya. Tapi apa mau dikata, obsesinya untuk memiliki sepasang kucing Persia begitu menggebu, walaupun hanya sekelas pet quality.
“Ini termasuk murah Bu, kalau di Petshop mana dapat. Apalagi kalau Bapak ingin yang pignose, show quality, bisa 6 sampai 8 juta harganya per-ekor” breeder berusaha meyakinkan aku.
“Oalah.. Abi..Abi, kalau punya duit itu ya ndak usah neko-neko. Ingat Abi, uang segitu bisa buat nyumbang makan anak miskin berhari-hari. Jangan menyia-nyiakan harta” aku berusaha membujuk suamiku.
“Sekali iniiiii saja ya Umi” pintanya.
“Itu baru harga kucingnya, belum surat-surat dan biaya perjalanan. Terus, kalau nanti mati di jalan, alangkah sia-sianya Abi.” Aku teringat pada kucing Persia kami terdahulu yang baru dipelihara 3 bulan, kemudian mati setelah diimunisasi. Akankah terulang lagi?
“Insyaallah nggak Umi sayang…”
“Kalaupun aman dalam perjalanan dan bisa kita pelihara di Bontang, berapa biaya yang harus dikeluarkan perhari, mana makanannya harus impor lagi. Duh Abi, mendingan kita piara anak yatim saja deh, lebih berpahala.”
Suamiku tetap kukuh pada pendiriannya, apa dayaku?
Hari-hari berikutnya bisa ditebak, tugas kami bertambah. Apalagi kalau bukan memelihara dua ekor kucing? Pluto dan Mona. Setiap hari, kami harus menyikat bulunya, membuang kotorannya, membersihkan kandangnya juga mengisi ulang tempat makan dan minumnya yang kosong. Seminggu sekali, kami harus memandikan mereka supaya bulunya bersih. Belum lagi kandang, peralatan, pasir, shampoo, parfum dan assessories yang harus kami beli. Begitu juga pakan dan vitaminnya… kalau dipikir-pikir… seperti punya bayi lagi kami sekarang. Mau tak mau, akhirnya aku juga berusaha mencintai hobi yang satu ini. Aku juga mulai membaca buku-buku tentang memelihara dan membiakkan kucing. Mencoba mengerti jenis-jenis kucing ras dan pola warna bulunya seperti: solid color, bicolor, tortoiseshell, smoke color, tabby color, chinchilla maupun Himalayan. Saat-saat memandikan, menghanduki dan mengeringkan bulunya dengan hairdryer, aku sering menggoda suamiku, “Duh, segitu cintanya sama kucing, sampai-sampai shampoo & parfumnya saja lebih mahal dari shampoo anaknya, hairdryer saja dibelikan. Umi yang sudah bertahun-tahun menikah dengan Abi saja tidak pernah dibelikan hairdryer.” Suamiku tertawa.
Suatu hari datang dua kotak paket dari Zoom Pet Care Bandung, isinya berbagai macam peralatan dan pakan untuk kucing, masing-masing jumlahnya lebih dari setengah lusin. Apa-apaan ini, kucing hanya dua ekor kok peralatannya begitu banyak. Apalagi ketika kulihat jumlah tagihan pada nota. Aku tak habis pikir. Sebanyak inikah?!
"Tenang Umi…. Ini semua tidak akan mengganggu uang belanja Umi," hibur suamiku. Mana mungkin???? Aku membatin.
Setiap hari, ada saja ceritanya tentang kucing. Belum lagi telpon yang berdering dari sesama pecinta kucing. Temannya bertambah banyak… dan pada akhirnya… kucing-kucing lain mampir ke rumah minta dimandikan, perlu pakan, perlu vitamin dan juga perlu shampo. Strategi pertama suamiku rupanya, dengan senang hati ia membuka salon khusus kucing. Menyediakan berbagai pakan dari harga bersahabat sampai harga konglomerat (deu… gaya, pake bawa-bawa konglomerat segala, padahal harga pakannya paling banter 120 ribu/kg) Untungnya, di kota Bontang jarang orang menjual pakan kucing. Ini sebuah kesempatan.
Strategi berikutnya, suamiku ingin mengembang biakkan kucingnya. Sayangnya Mona yang waktu kami adopsi sedang hamil, hanya beranak satu dan anaknya itupun mati sesaat setelah dilahirkan. Setelah itu, Mona tak pernah mau dikawin Pluto ataupun pejantan lainnya. Alhasil, kucing kami tak pernah bertambah.
Untunglah beberapa teman pecinta kucing mau mengantarkan kucingnya yang sedang birahi untuk dikawin Pluto. Jadilah kami mak comblang untuk Pluto dan kucing-kucing Persia maupun Angora lainnya. Lama-lama kami jadi hafal mana kucing yang sedang birahi dan mana yang tidak. Sudah banyak kucing betina yang diantar. Tapi timing untuk mengawinkan mereka harus tepat. Kadang sudah berhari-hari mereka tidak juga kawin karena salah satu tidak birahi. Dari sekian itu, baru 3 kali Pluto berhasil membuahi betina.
Snowy kucing Angora belang abu-abu, kucing pertama yang menghasilkan anak empat. Semua bulu anaknya mirip Pluto yang abu-abu, namun raut mukanya dan hidungnya mancung semua seperti Snowy yang Angora. Hasil anakkan tersebut kami bagi dua setelah saatnya disapih. Dua ekor yang kami dapatkan, salah satunya diadopsi teman. Sayang dari ke-empat anakkannya, satu-persatu mereka mati karena penyakit perut, dan tragisnya sulit untuk mencari dokter hewan yang exist di kota ini.
Sedih tak membuat suamiku patah semangat. Berikutnya Katie, seekor Persia betina muda jenis Himalayan dikawinkan kembali dengan Pluto. Awal tahun 2009 anaknya lahir dua ekor, Persia euy… putih dan abu-abu, Tieto dan Totie namanya (maksudnya singkatan dari kaTIE & PluTO). Belum sempat kami memeliharanya, seorang teman telah mengadopsinya, sampai saat ini masih sehat dan lucu. Di awal tahun 2009 pula Pluto kembali mengawini seekor Angora betina berwarna putih, Chelsea. Anaknya empat ekor putih semua, baru bulan ini disapih. Kini keluarga kucing kami bertambah dua ekor hasil anakkan tersebut. Tyrex dan Xena namanya. Mudah-mudahan mereka tetap sehat dan dapat berkembang biak. Oow… mengapa memperbanyak kucing, bukankah biaya perawatannya mahal? Jangan salah, satu ekor anakkan kucing tipe pet quality bisa dihargai antara 700.000,- s/d 1.000.000,- rupiah per ekor. Belum lagi kalau komunitas pecinta kucing bertambah, bukankah pakan dan accessoriesnya akan semakin dicari orang? Betul itu! Setelah setahun kami memelihara Pluto dan Mona, sampai saat ini, kami tak lagi mengeluarkan rupiah untuk biaya perawatan mereka. Semua didapatkan dari hasil adopsi, penjualan pakan dan assesoriesnya. Hobi yang pada awalnya menguras kocek, tapi akhirnya mendatangkan keuntungan. Jadi sah-sah saja kan bila kukatakan kucing kami menyerupai mesin ATM?
Bontang, Mei 2009
0 komentar:
Posting Komentar