Ini lhoh semutnya...

Jumat, 13 Agustus 2010

Tahu semut api? bentuknya kecil berwarna merah. Sebenarnya nggak merah persis sih tapi kecoklatan. Cuma orang biasa menyebutnya merah. Sepanjang pengetahuanku biasanya semut ini hidup di rumput, berarti diterik matahari kuat juga dong.. atau sering juga kulihat kalau pas belanja di pasar kaget, semut api ini suka nongkrong mengerubuti dan ikut menikmati daging sang penjual sayur. Besarnya hampir seukuran semut hitam yang biasa di buah rambutan atau sebiji beras.


Jangan melihat bentuknya yang kecil yang hanya seukuran beras.. ternyata untuk kontak langsung dan say hello dengannya.. wuuiiihhh, rasanya enggak deh.., mending kabur saja. Kalau diinget-inget lagi, duluuu.. sekali.. waktu masih sekolah SD, SMP or SMA, tiap kali olah raga dilapangan atau di alun-alun.. selalu saja aku sibuk mencari tempat yang bebas dari semut api ini. Kalau tidak... jika sang semut sempat menggigit.. takkan ada ampun lagi, tak berapa lama kulit ini rasanya langsung senuut.. senuut.. panas dan gatal. Sudah berkali-kali dicoba melawannya dengan mengoleskan minyak tawon, balsem, minyak kayu putih atau yang sejenisnya kekulit. Tapi tetap saja tak mempan. Panas dan gatalnya akan berlangsung lama, bisa berhari-hari. Dan sehari setelah gigitannya atau besoknya pasti akan timbul bentol yang sekelilingnya berwarna merah menandakan bengkak. Entah ini apa racun yang menjalar disekeliling gigitan. Rasa panas dan gatalnya terus saja menyiksa. Kalau nggak kuat-kuat menahan, pastilah sudah kugaruk sepuasnya. Tapi ini tak boleh kulakukan, karena nanti akan membuat lecet luka yang bisa berakibat malah menjadi koreng. Hmmmm... ngeri kan...


Nah... ceritanya nih, ramadhan kurang 3 hari, tepatnya tanggal 8 Agustus 2010. Aku dapat undangan arisan, tempatnya di pendopo. Pendoponya sendiri nggak masalah, cua waktu sampai ditempat tujuan ternyata pendopo ini disekelilingnya ditanami rumput. Bagaimana bisa sampai kependopo ya? karena tak kulihat jalan setapaknya. Tidak ada atau aku yang tidak melihatnya ya... Wah, harus hati-hati nih menapaki rumput, jangan sampai menginjak sarang semut api yang kutakutkan kalau nggak mau kaki jadi korban. Dan Alhamdulillah... selamatlah aku, sampai juga akhirnya kependopo dan bisa mengikuti acara dengan santai karena dipendopo ini juga aman.. tak ada semutnya.


Waktu berjalan.. acara demi acara selesai dengan lancar dan kini saatnya pulang. Kuperhatikan semua orang melewati jalan yang tak kulewati tadi. Wah, sepertinya aman saja jalan ini karena saat acara arisan sedang berlangsung tadi, beberapa orang juga lalu lalang melewatinya. Ikut ah lewat jalan ini. Disamping lebih dekat sampai ke tempat parkir mobil, ternyata hanya semeter saja melewati rumput dan sudah langsung bertemu dengan sisi pos ronda yang disemen selebar satu meter. Nah, ini jalan yang aman untuk teman-teman yang memakai sendal dengan hak tinggi dan runcing, karena sandalnya tidak akan terperosok masuk ketanah.


Lewat rumput yang hanya semeter berjalan aman, sampailah kesisi pos ronda yang sudah disemen. Yah.. namanya nasib,ternyata sampai disisi pos ronda kok ya langsung disambut dengan kerumunan semut api yang sudah berpencar. Sepertinya sempat terinjak teman-teman atau beberapa orang yang lalu lalang sebelumnya. Seorang teman sebetulnya sempat berteriak "awas semut!". Tapi ternyata teriakannya kalah cepet sama gigitan semut yang ternyata sudah nangkring di kaki. Cekiiiiitttt!!! Duhhh sakitnya.. kugites semut yang menggigit dan melihat bekas gigitannya. Ow Ow... meninggalkan bekas dikaki, ada titik hitam kecil seperti sengatan lebah, tak bisa diambil. Siap-siap deh menahan panas dan gatalnya yang sebentar lagi bakal kurasakan.


Beberapa hari menahan rasa panas,menahan gatal. Dan bekas gigitan semut api itupun mulai membesar membentuk gelembung. Kalau diperhatikan ada cairan didalamnya dan sekelilingnya masih merah karena bengkak atau racunnya.


"DipecahMa.." kata bungsuku


"Wuiiih.. jangan, nanti malah jadi koreng"


Tapi setelah satu minggu, gelembung ini tak menunjukkan tanda-tanda akan mengecil, malah sepertinya terus membesar dan sekelilingnya juga belum hilang warna merahnya. Yah, memang harus dipecah ini. Mudah-mudahan saja tidak menjadi koreng selama bisa menjaga luka dari infeksi. Yups... pecahkan saja "Bismillahirrohmaanirrohiim"

0 komentar:

 
♥KALAM IBU-IBU♥ - by Templates para novo blogger