Para petani dan penambang pasir masih bekerja seperti hari-hari biasa, padahal aktivitas merapi terus menunjukkan peningkatan, dan status siaga ditetapkan sejak Kamis, 21 Oktober 2010. Tampak mereka lalu-lalang menyusuri jalan dan gang-gang. Seorang ibu berjalan menggendong tenggok.. mungkin untuk mengambil hasil kebunnya, ada juga beberapa orang yang berjalan memanggul rumput atau memboncengkan rumput dalam ikatan besar di sepeda maupun motor untuk pakan ternaknya, Tapi yang jelas, sepertinya tak ada rasa khawatir dari raut mereka, seolah keadaan yang biasa saja dihadapinya. Ada yang mengatakan,
“Kalau nuruti rasa takut ya takut mas, tapi ya mau gimana lagi.. namanya juga hidup dilereng merapi, pasrah saja mas sama Gusti Allah”
Aktivitas merapi terus meningkat, hingga status waspada ditetapkan sejak Mingggu, 24 Oktober 2010. Tim evakuasipun terus membujuk mereka untuk segera turun, menjauh dari puncak merapi, menyelamatkan diri dari debu yang panasnya sampai ratusan derajat, yang setiap saat bisa saja membumi hanguskan. Kemudian..., status kembali berubah, dari waspada menjadi siaga kemudian ke awas. Tapi tetap saja ada beberapa yang tak mau beranjak dan beranggapan bahwa merapi tak akan meletus seperti yang sudah-sudah. Gemes rasanya, ini harus dipaksa. Selain membahayakan diri sendiri, ini juga bisa mempengaruhi orang lain untuk tidak mau turun. Aparat keamanan harus bertindak, bagaimanapun caranya. Jangan sampai menyesal kemudian. Hanya bisa getem-getem menyaksikan pemandangan di televisi.
***
Telephon berdering saat langit mulai gelap, hari ini Selasa, 26 Oktober 2010
“Ma, merapi meletus, coba lihat di tivi!”
Secara aku melompat dari kursi yang menghadap komputer, langsung lari menyalakan televisi. Ada apa dengan merapiku kali ini? Sedasyat apa letusannya? Lebih dasyat dari letusan beberapa tahun sebelumnyakah? Semoga tidak. Tersiar banyaknya korban akibat awan panas yang bergerak cepat.
Ya Allah, inikah wajah orang-orang yang tak mau turun itu, orang-orang yang tak mau dievakuasi? Orang-orang yang tak sempat menyelamatkan diri ketika debu panas benar-benar menerjang. Tubuhnya utuh, tapi sudah tak bernyawa lagi, kaku tertelungkup, tersapu debu merapi, ada yang di jalan, ada yang di pekarangan, tak terkecuali yang berada di dalam rumah, mereka tak terselamatkan. Ternak-ternak juga tak selamat, pohon-pohon meranggas, rumah tak utuh lagi. Hanya dalam hitungan menit.. semua hancur. Sampai dimana radius awan panas ini?
No HP pamong (guru) segera kuhubungi, tapi tak ada sahutan. Kemudian SMS kulayangkan. Semoga saja nanti akan ada jawaban walau mungkin agak larut malam.
Layar televisi akhirnya menyala dari waktu-ke waktu, tak akan dimatikan dan tak akan diganti siarannya. Tak cukup rasanya menunggu berita televisi, informasipun akhirnya didapat dari situs “detik” yang setiap saat menampilkan berita terkininya dan facebookpun juga diaktifkan menungu kabar dari putri cantikku kapan saja. Semoga saja akan ada berita menggembirakan darinya.
***
“Sofi, gimana kabar Sofi dan teman-teman soal kondisi merapi saat ini? Mudah-mudahan semua baik-baik saja. Sholat dan berdoa untuk keselamatan semuanya ya”
Inilah bunyi pesan yang kukirim di Fbnya sekitar jam 9 malam, karena berita dari pamong (guru) nya tak kunjung terbalas.
“Alhamdulillah, karena tadi sore sempet hujan deras. TN masih bagus, hanya ada hujan debu. Tapi di Muntilan dan Mertoyudan udah hujan pasir dan kerikil, semoga saja tidak sampai sini. Disini sudah ada pembagian masker dan belum boleh keluar graha. Insya Allah semua baik-baik, Iya nggak akan lupa mah, kabar Bontang gimana?”
Seperti diguyur air disaat kemarau panjang. Betapa melegakannya kabar yang kuterima, mendapati putri cantikku dalam keadaan baik-baik saja.
“Alhamdulillah, semoga semua baik-baik saja. Doa mama-papa untuk keselamatan semuanya”
“Iya Mah, disini semuanya pada siaga. Nanti mungkin mau berdoa bersama, besok juga nggak ada olah-raga pagi. Makasih ya Mah-Pah. Doain aja”
“Iya, semoga tidak membahayakan masyarakat Magelang, khususnya anak-anak TN yang saat ini sedang berjuang menuntut ilmu, jauh dari orag tua dan keluarga. Semoga Allah memberi keselamatan dan perlindungan sebaik-baiknya. Amin YRA”
“Amin, Amin. Makasih ya Mah, semoga semua baik-baik aja”
Ya Allah... betapa aku ingin memeluknya saat ini, menciumnya dan mendekapnya erat-erat. Aku harus menahannya diatas kegelisahanku beberapa waktu lalu. Lihatlah ! Betapa tegarnya putri cantikku, tersirat dari kata yang disusunnya untuk menjawab pesanku. Dan aku tak boleh membuatnya lemah. Lindungi dia ya Allah... lindungi sebaik-baik perlindungan-Mu.
***
Masih tetap memantau televisi, masih tetap mengaktifkan FB, masih tetap di jalur detik.com. Dan kali ini menambah pantauan dengan google map. Melihat jarak aman merapi seperti yang ditetapkan. Setiap berita muncul selalu kulihat peta digooglenya. Arah mana angin akan berhembus membawa awan panas merapi? Daerah mana yang saat ini sedang terkena musibahnya? Ngargo Mulyo, Hargo Binangun, Umbul Harjo, Pakem, Cangkringan, Argo Mulyo? disebelah mana ya?
Pemandangan yang sangat memilukan, rumah-rumah terbakar, pohon-pohon yang menghijau tak ada lagi, situasi perkampungan benar-benar sepi bak kampung mati, tak ada kehidupan, sapi-sapi terpanggang utuh, mayat-mayat tergeletak telungkup, ada yang disamping motornya di jalan, ada yang di dalam rumah, juga di pekarangan.
Tim SAR dan para relawan melakukan pencarian korban, barangkali dan semoga saja masih ada yang terselamatkan. Mereka berkejaran dengan awan panas yang siap diluncurkan dari merapi yang tak berhenti sejak meletus 26 Oktober lalu. Menahan panasnya debu yang masih mengepul saat kaki menginjakkan tanah ke bumi yang telah diratakan. Mencari orang-orang yang masih selamat maupun yang telah meninggal, padahal mereka tak mengenalnya, padahal bukan kerabatnya. Jempol empat rasanya tak cukup untuk memberikan acungan buat Tim SAR dan relawan.
Merapi terus aktif, masih memuntahkan kandungan isinya, dan awan panasnya terus membumbung tinggi.
***
Masih seperti hari-hari sebelumnya, televisi menyala di channel khusus, laptop juga terus menyala dengan situs-situs seperti sebelumnya, mencari berita terkini, tercepat dan mancocokkan lokasi sesuai berita yang dimaksud. Saat ini jarak aman dari merapi telah berubah, dari 10 km menjadi 15 km dan menjadi 20km. Semoga saja putri cantikku masih dalam jarak yang aman. Semoga Allah memberikan keselamatan dan perlindungan untuknya dan semoga tak diperluas lagi jarak amannya dan semua kembali normal lagi.
Ada satu pesan di Fbku hari Rabu, 3 Nopember 2010,
“Assalaamu’alaikum mah... disini lagi hujan abu, Cuma lebih parah dari yang kemarin. Debunya keliatan banget dan bau belerang. Semua udah pake masker.. tadi habis makan malam Sofi minta tolong temen untuk SMS mamah, takutnya malem ini Sofi nggak bisa nelpon”
“Wa’alaikum salam..., iya, sudah mama terima smsnya. Semoga saja keadaan membaik lagi ya. Semoga semua diberi kesehatan, keselamatan, perlindungan terbaik oleh Allah SWT, Amin YRA. Kalau memang nggak memungkinkan untuk telpon ya nggak usah telpon dulu, untuk jaga kesehatan mungkin lebih baik di asrama saja ya... Sofi bisa massage saja di FB mama. Sengaja FB mama dinyalakan terus dari tadi pagi dan di OL kan. Masker yang dibagikan cukup?”
Selanjutnya pembicaraan melalui chating dengannya, Alhamdulillah, puji syukur pada-Mu ya Allah telah Engkau berikan keselamatan, kesehatan, ketegaran dan perlindungan terbaikmu untuk putri cantikku. Semoga dihari-hari berikutnyapun akan Engkau anugerahkan kebaikan-kebaikan yang sama. Amin, YRA.
***
Dari pantauan di layar kaca, asap putih merapi terus membumbung tinggi, hingga mencapai 4000 meter. Kemana arah mana awan panas ini akan bergerak? Belum ada kepastian karena asap putih masih berdiri tegak. Hingga... Kamis, 4 Nopember 2010 menjelang pukul 6 pagi, merapi kembali meletus. Awan panas yang menjulang, diperkirakan sampai ketinggian 4000 meter... kini diperkirakan mencapai 6000 meter, awan panas berwarna agak kehitaman, dari informasi... ini berarti bercampur material dari dalam bumi. Seberapa banyak akan menghujani masyarakat sekitar merapi setelah awan bergerak?
Di Fbku kembali menampilkan satu pesan dari putri cantikku, Kamis, 4 Nopember 2010,
“Mah, hari ini hujan abunya lebih deras, nanti SMS temenku yah” begitu bunyi pesan yang terkirim pukul 2 siang.
“Iya, merapinya masih meletus sampai ketinggian 6000 meter. Banyak-banyak istighfar dan berdoa ya semoga diberi keselamatan, kesehatan, perlindungan oleh Allah SWT, Amin YRA. Semoga bencananya segera berakhir dan berganti kegembiraan. Amin”
“Tadi pagi habis kerja bakti bersihin sekolah, tapi karena hujan abunya turun lagi, jadinya dihentikan”
Ya Allah..., Kembali lidah ini berkeluh kesah kepada-Mu. Lindungilah putri cantikku.
Apakah kamu tahu sedasyat apa letusan merapi saat ini? Apakah kamu merasakan segelisah apa dan seberapa gemuruhnya dadaku menyaksikan tayangan berita di televisi dimana orang-orang panik, terluka, bahkan kehilangan nyawa dengan debu panas yang pekat.
Ada informasi, tempatmu masih berada diluar jarak aman dengan merapi, hati ini sedikit lega, namun keresahan tetap saja menjadikan selimut hatiku. Bibir ini tak berhenti bergetar berdzikir dan berdoa untuk keselamatanmu.
***
Kabut tebal masih menyelimuti merapi sejak kedasyatan meletusnya 4 Nopember pagi hari, sedang material berat terus dimuntahkan dari mulut merapi melalui sungai dan menuju ke kali Gendol. Kembali jari meluncurkan ke situs google map, dimanakah kali Gendol itu? Semoga masih jauh dari putriku. Tapi awan panasnya.. kemana bergeraknya? Ya Allah, berilah perlindungan terbaik-Mu.
Ada dua SMS menjelang magrib, Jum’at, 5 Nopember 2010 yang belum sempat terbaca, dari teman puri cantikku. Semoga kabar baik yang kuterima. Dijelaskan kalau siswa siaga, siap dilakukan evakuasi ke Semarang, bagaimana rencananya Sofi tante?
Kalau memang harus evakuasi demi keselamatan..., ya harus diikuti. Lalu kutulis balasan SMSnya, namun saat balasan belum selesai... ada keinginan membaca SMS satunya. Ternyata isinya mengabarkan lagi, “Karena kondisi dan jarak asrama masih termasuk dalam kondisi aman, maka evakuasi tidak jadi dilakukan. Tapi siswa tetap diminta untuk tetap siaga jika sewaktu-waktu evakuasi harus dilakukan siswa siap diberangkatkan”
Kembali jari ini menuliskan kalimat untuk membalasnya, namun belum sempat terselesaikan dering panggilan berbunyi. Segera kuangkat dan suara putri cantikku menyambut salamku.
Suaranya begitu tenang menjawab pertanyaanku. Padahal dadakku ini terasa sesak, namun suaraku tetap kupertahankan tenang, setenang mungkin, tak ingin membuatnya resah, walau air mataku sempat menggenang di ujung mataku. Cepat-cepat kukeringkan dan kutarik nafas dalam-dalam. Ingin kutatap wajahnya saat ini..., ingin kudekap dan menciumnya saat ini..., tapi tak kuasa.. tak bisa kulakukan.
Ya Allah... berikanlah kesabaran, kekuatan, kesehatan, ketegaran, ketabahan, keselamatan dan perlindungan terbaik untuk putri cantikku dan juga masyarakat sekitarnya. Cukuplah bencana ini sampai disini saja dan hentikanlah bencana ini, gantilah dengan kegembiraan ya Allah... Amin, YRA.